EYZA BLOG -
Kepercayaan terhadap adanya hari sial bisa dilacak
keberadaannya sejak masa jahiliyah. Hari-hari tertentu dianggap sebagai
hari yang membawa petaka atau kesialan, misalnya hari Rabu terakhir
setiap bulannya. Keyakinan ini juga tetap ada setelah Islam datang,
bahkan hingga kini.
Dalam interaksi sosial,
tak jarang kita mendengar bahwa kesialan-kesialan itu nyata dalam arti
betul-betul terjadi sesuai tanda-tanda yang ada sehingga pelakunya
menyarankan untuk menghindari kesialan tersebut. Berbagai testimoni
tentang bahaya hari sial atau tanda-tanda sial itu makin membuat
beberapa pihak yakin bahwa hari sial betul-betul ada. Di lain pihak,
kita temui juga orang-orang yang sama sekali acuh dan kelihatan tak
terpengaruh dengan hari sial atau aneka pertanda sial.
Dari
aspek aqidah, meyakini adanya hari sial cukup bermasalah sebab kesialan
atau keberuntungan itu hanya bisa diberikan oleh Allah semata
berdasarkan sifat irâdah atau
sifat Maha Berkehendak Bebas. Ketentuan beruntung atau sialnya seseorang
sudah ditulis di Lauh Mahfudz sejak alam belum tercipta. Sama sekali
tak ada hubungannya dengan hari atau momen tertentu.
Sebab itu, Syekh as-Suhaili, sebagaimana dinukil dalam Kasyf al-Khafâ’ menjelaskan:
وقال
المناوي نقلًا عن السهيلي: نحوسته على من تشاءم وتطير، بأن كانت عادته
التطير وترك الاقتداء بالنبي -صلى الله عليه وسلم- في تركه، وهذه صفة من قل
توكله، فذلك الذي تضر نحوسته في تصرفه فيه ثم قال المناوي: والحاصل أن
توقي يوم الأربعاء على وجه الطيرة وظن اعتقاد المنجمين حرام شديد التحريم؛
إذ الأيام كلها لله تعالى لا تضر ولا تنفع بذاتها وبدون ذلك لا ضير ولا
محذور، ومن تطير حاقت به نحوسته، ومن أيقن بأنه لا يضر ولا ينفع إلا الله
لم يؤثر فيه شيء من ذلك
“Imam
al-Munawi berkata dengan menukil dari as-Suhaili: Kenahasan/kesialannya
hanya bagi orang yang meyakini bahwa hal itu membawa sial (tasya’um) dan bagi orang yang meyakini tanda-tanda kesialan (tathayyur)
berupa kebiasaannya untuk meyakini adanya kesialan melalui tanda-tanda
dan meninggalkan ikut Nabi yang meninggalkan keyakinan seperti itu. Ini
adalah sifat orang yang sedikit tawakalnya, maka orang itulah yang
tertimpa kesialannya ketika melakukan sesuatu di hari itu.
Kemudian
Imam al-Munawi berkata: Kesimpulannya, bahwa orang yang menjaga diri di
hari Rabu dengan alasan thiyarah (menjadikannya sebagai tanda kesialan)
dan meyakini aqidah ahli nujum adalah tindakan yang sangat haram.
Sebab, seluruh hari adalah milik Allah Ta'ala, tak bisa memberikan
celaka atau manfaat secara independen dan tanpa hal itu maka tak ada
kecelakaan atau pun larangan. Siapa yang meyakini adanya tanda-tanda
sial (tathayyur), maka kesialan
akan mengepungnya. Siapa yang meyakini bahwa tak ada yang dapat memberi
kecelakaan atau manfaat kecuali Allah, maka semua hal itu tak
berpengaruh baginya.” (al-Ajluni, Kasy al-Khafâ’, Juz I, halaman 19-20)
Jadi,
menurut Imam pakar hadits terkemuka, al-Munawi, hari sial itu pada
dasarnya tak ada. Adanya anggapan bahkan hari tertentu atau kejadian
tertentu adalah tanda akan terjadinya kesialan justru akan membuat orang
yang meyakininya tertimpa kesialan. Adapun orang yang yakin bahwa hal
seperti itu sama sekali tak berpengaruh, maka tak ada sama sekali hari
sial atau hal-hal pembawa sial baginya. Dengan kata lain, yang menerima
efek kesialan hanya mereka yang percaya tathayyur saja.
Ini
menjelaskan kenapa masyarakat perkotaan yang kebanyakan tak mengenal
konsep seperti ini menjalani hidupnya dengan normal tanpa terpengaruh
hari sial, sedangkan di kalangan masyarakat pedesaan yang masih lekat
dengan kepercayaan seperti ini justru banyak ditemukan testimoni
kesialan akibat melakukan pantangan di hari sial.
Dari
sudut pandang agama, hal ini berkaitan dengan firman Allah dalam hadis
qudsi bahwa Allah mengikuti prasangka hamba-Nya tentang Dia. Bila
seorang hamba meyakini bahwa Allah akan memberinya kecelakaan atau hal
negatif, maka boleh jadi Allah akan menuruti pikiran pesimis itu.
Sebaliknya bila seorang hamba yakin bahwa Allah akan memberinya
kesuksesan dan keselamatan, maka besar kemungkinan Allah akan menuruti
harapan positif itu. Wallahu a’lam.
Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti di Aswaja NU Center Jember
Sumber : https://islam.nu.or.id/post/read/98584/mempercayai-hari-sial-justru-bisa-bikin-sial
Show EmoticonHide Emoticon