-->

Beginilah Seharusnya, Sikap Menantu Terhadap Mertua

- November 06, 2019
EYZA BLOG - Beginilah Seharusnya, Sikap Menantu Terhadap Mertua | Bagi beberapa pasangan muda yang belum mapan secara ekonomi, pilihan hidup bersama mertua mungkin menjadi pilihan terbaik tapi sangat pahit dirasakan. Karena pada hakekatnya, seorang yang sudah memilih untuk berumah tangga pasti memiliki keinginan untuk mandiri. Terutama dalam hal tempat tinggal.

Dengan memiliki tempat tinggal sendiri, seorang suami memiliki otoritas penuh dalam mengatur rumah tangganya sendiri. Lain halnya, ketika hidup bersama mertua, maka seorang menantu tidak memiliki otoritas, bahkan dalam status kemasyarakatanpun belum diakui secara penuh. Misal, ketika seorang menantu mengadakan acara di rumah mertua, maka yang akan disebut sebagai sohibul bait tetap mertua, bukan menantu yang memiliki hajat.

Itu adalah masalah kecil, selain itu masih banyak  lagi masalah-masalah antara menantu dan mertua yang jika salah mengambil sikap maka akan berdampak buruk pada semua aspek. Hubungan silaturahim antara dua keluarga besar akan terganggu bahkan bisa berujung pada retaknya jalinan rumah tangga. Tentu, kita tidak menginginkan hal demikian. Maka, ketika menghadapi masalah seperti ini, seorang menantu harus tepat dalam mengambil sikap terbaik.

Lalu apa dan bagaimana seharusnya sikap seorang menantu terhadap mertua. Yuk, kita ikuti uraian singkatnya sampai tuntas.

3 Sikap Terbaik Menantu Terhadap Metua

#1 Berdamai Dengan Diri Sendiri

Berdamai dengan diri sendiri, adalah sebuah sikap kerelaan hati untuk menerima keadaan, seburuk apapun keadaan tersebut. Sebuah sikap penuh dengan kesadaran, bahwa hidup bersama mertua pasti akan menemukan banyak masalah, menemukan banyak yang tidak cocok dengan pemikiran diri sendiri. Yang harus disadari adalah, bahwa mertua sebagai pemilik rumah, sebagai orang tua dari pasangan kita memiliki otoritas lebih dibanding kita. Maka jalan terbaiknya adalah mengikuti segala kebiasaan yang ada di rumah tersebut sepanjang kebiasaan tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar agama atau keyakinan.

Selain itu, biasakan untuk selalui berpikir obyektif dan berusaha melihat suatu masalah dari berabgai sudut pandang. Kesampingkan ego sendiri, yang kadang akan mendorong untuk berpikir subyektif dan hanya melihat suatau masalah dari satu sudut pandang. Hal ini yang  menimbulkan pertentangan, yang jika tidak ada piha yang secara bijak untuk mengalah, maka akan berakhir buruk.

#2 Belajarlah Memahami, Jangan Minta Difahami

Hidup seatap dengan mertua, sebenarnya memiliki pembelajaran yang baik jika kita adalah seorang pembelajar. Artinya, orang yang selalu bisa mengambil hikmah dari setiap keadaan.

Dengan hidup bersama mertua, seorang menantu seharusnya memiliki kesempatan untuk belajar banyak hal tentang managemen rumah tangga. Belajar banyak hal tentang kehidupan bermasyarakat, dan yang lebih penting belajar untuk memahami karakter orang lain dan memakluminya jika tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Pada prinsipnya, manusia adalah makhluk Tuhan yang paling unik. Meskipun memiliki fisik yang sama (misal kembar) tapi karakter tidak akan sama. Di sinilah pentingnya kita untuk memahami setiap karakter manusia dan mamakluminya jika ada perbedaan.

Berumah tanggal adalah bukan hanya menatukan dua insan yang saling mencinta, tapi juga menyatukan dua karakter, dua adat, dua budaya, dua kebiasaan. Menyatukan, bukan berarti meleburnya menjadi sama dan salah satu harus kalah, tapi sebaliknya antara keduanya harus saling melengkapi dan menyempurnakan sehingga tercipta budaya baru, kebiasaan baru dan karakter-karakter baru.

Untuk bisa hidup damai bersama mertua, maka sikap terbaik menatu adalah menuntut diri sendiri untuk bisa memahami orang lain, bukan menuntut orang lain untuk memahami kita sendiri.

#3 Perlakukan Mertua Seperti Orang Tua Kandung Sendiri

Mertua hanya sebuah istilah untuk membedakan orang tua kandung dengan orang tua pasangan kita. Hal ini juga untuk tetap berada pada prinsip dasar, yaitu menjaga silsilah atau nasab secara jelas.

Hakekatnya, mertua juga orang tua kita sendiri yang hak dan kewajibannya sama dengan orang tua kandung. Kewajiban kita terhadap orang tua atau mertua adalah menghormatinya dan menafkahinya jika mereka sudah tidak mampu mencari nafkah sendiri dan kita mampu untuk menafkahi mereka.

Artinya, mertua memiliki hak atas rizki yang diperoleh oleh seorang menantu (khususnya menantu pria) dan mertua juga memiliki hak atas bakti menantu layaknya bakti seorang anak terhadap orang tuanya.

Pun demikian, mertua juga memiliki hak sekaligus kewajiban untuk memberikan nasihat kepada menantunya. Hal ini harus difahami betul oleh seorang menantu, ketika mertua memberikan nasihat kepada menantu itu adalah bentuk kasih sayang mertua terhadap menantunya. Justru, ketika mertua acuh terhadap menantunya perlu dipertanyakan, apakah mertua tahu akan kewajibannya atau tidak.

Demikian, ulasan tentang sikap menantu terhadap mertua, semoga ada manfaatnya dan bagi teman atau sahabat yang sedang menikmati pengantin baru, selamat berbahagia namun janganlan kebahagiaan itu menjadikan kita lupa bahwa ada orang tua dan mertua di dekat kita. Wallohu a'lam...
Direkomendasikan


Show EmoticonHide Emoticon

 

Start typing and press Enter to search